Empat Jempol untuk Nurdin Halid

Nurdin Halid layak dijuluki Ketua Umum PSSI terhebat sepanjang sejarah. Bukan karena prestasi, melainkan hebat lantaran ia tak mempan dikritik, tahan makian dan hujatan.

Kian kencang angin perubahan menerjang PSSI, semakin kuat resistensi Nurdin dan kroninya. Kian keras teriakan agar dia mundur, semakin bersemangat ia dan sekutunya menulikan telinga.

Jadi, daripada terus menerus menggerus energi untuk memaksa mereka membuka mata hati, saatnya kita membalikkan logika, yaitu Nurdin memang komandan PSSI supertangguh.

Sebagai Ketua Umum PSSI, Nurdin sangat berdedikasi dan total. Demikian berdedikasinya, ia bahkan rela mengendalikan organisasi sepakbola nasional dari balik jeruli besi.

Itu pengabdian yang tak ada bandingannya karena tak ada ketua umum asosiasi sepakbola di kolong langit ini yang pernah memimpin dari penjara, kecuali Nurdin.

Soal totalitas ? Jangan diragukan. Selama 8 tahun sejak Kongres PSSI 2003, Nurdin ogah hengkang dari kursi empuk di Senayan.

Bahkan, demikian hebat cintanya kepada sepakbola Indonesia mendorong dia maju kembali pada Kongres PSSI 2011 untuk tetap menjadi Ketua Umum PSSI hingga 2015.

Pesaing diluar kroninya, yaitu Jenderal George Toisutta dan Arifin Panigoro, tidak diloloskan Komite Pemilihan PSSI.

Dari 237 juta rakyat Indonesia, komite hanya melihat Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie yang layak memimpin PSSI.

Sama seperti Nurdin, Nirwan Bakrie juga sangat mencintai PSSI. Keduanya kolega yang pas, sohib yang setia, penuh dedikasi, dan rela berkorban demi PSSI.

Apalagi jika ditambah Nugraha Besoes, Sekretaris Jenderal yang sudah lebih dari 20 tahun bercokol di PSSI, sungguh pengabdian yang sangat luar biasa, membuat kepemimpinan PSSI semakin sempurna.

Mereka bertiga layak diberi gelar Three Musketers sepakbola Indonesia, dengan slogan Satu Untuk Bertiga, Bertiga Untuk Satu.

Tidak peduli pecinta sepakbola nasional berteriak revolusi PSSI !

Komentar